In memoriam Bang Helmy Sungkar, Seorang Pejuang Otomotif Berpulang
By Abdi Satria
Catatan M. Nigara
Wartawan Olahraga Senior
INNA lillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga Allah limpahkan rahmatnya yang luas, Allah ampuni seluruh khilafnya, Allah masukkan saudara hamba Helmy Sungkar bin Mustafa Sungkar ke dalam golongan orang-orang yang wafat husnul khotimah, aamiin ya Rabb.
SEORANG sahabat, Sadik Algadri mengirim WA, Selasa pagi (24/11/2020) tentang kepulangan tokoh olahraga otomotif nasional.
Nama yang disebut sama sekali tidak asing, meski saya tidak terlampau sering meliput olahraga otomotif.
Pikiran saya langsung melayang ke bulan Maret atau April 1993. Saat itu, saya yang baru menjalani tugas dari liputan sepakbola ke liputan tinju dan otomotif, ditugaskan oleh Mas Sumohadi Marsis (Pemred Tabloid BOLA), meliput satu event di Solo. Bersama beberapa rekan senior dan rekan satu angkatan, sebut saja: Mas Pontjo (Merdeka), Bang Prayan Purba (Sinar Pagi), Mas Seno (Berita Buana), AR. Lubis (antara), dan Yab Sonora (radio Sonora) Abi Hasantoso (majalah Hai), sejak pagi sudah ada di sirkuit Solo Baru, Sukoharjo.
Meski ini bukan kali pertama saya meliput otomotif, tapi pagi itu seperti ada yang lain. Ada perasaan kesal karena saya baru saja dicabut dari akar liputan sepakbola yang sudah sejak Desember 1979. Dari info-info yang saya peroleh pencabutan itu bukan karena kesalahan, tapi karena ada sesuatu yang aneh.
Tak lama para pembalap mulai meraung-raungkan mesin motornya. Deru mesin yang memekakkan telinga dan debu dan kotoran akibat para pembalap melompati rintangan, menambah kepala dan perasaan saya tak menentu.
"Angkat-angkat," tiba-tiba mata saya gelap, tapi telinga saya menangkap suara gaduh.
"Bawa-bawa...," kembali telinga saya mendengar itu.
"Ambulaaance!" pekik suara itu lagi.
Anehnya semua kegaduhan begitu dekat, tapi saya tak bisa melihat dan merespon apa pun. Saya tak mampu membuka mata sedikitpun. Saya tak bisa merasakan apa pun.
"Ini dompetnya, amankan," suara yang lain ikut terdengar. "Biii, Abiii, ini tustelnya," pekik suara lain lagi.
"Lho, abang mau kemana?" tanya seseorang.
" Gue ikut ke rumah sakit," jawabnya tegas.
Entah berapa lama keadaan itu. Ketika mata saya terbuka, ternyata sudah di ruang gawat darurat, RS. Dokter Oen Solobaru. Ada wajah Bang Prayan, Abi Hasan, Yan Sonora, Bebi, dan... Bang Helmy Sungkar.
Helmy? Bukankah dia promotor event, kok ada di rumah sakit. Lha, bagaimana event nya? Lagi pula, saya kan tidak dekat dengan beliau?
Mungkin berjuta tanya saat itu memenuhi kepala saya, uniknya Bang Helmy seperti tahu: "Udah lu tenang aja. Event udah jalan sendiri," katanya dengan wajah penuh senyum.
Saya mengangguk. " Elu tanggung jawab gue. Nanti gue telpon Sumo sama Nito (Ignatius Sunito), " katanya lagi.
Tidak sampai di situ, Bang Helmy juga menjelaskan saat posisi saya pingsan. Dia juga yang berteriak-teriak tadi. Bang Helmy juga menjelaskan siapa yang mengamankan dompet, tustel, dan peralatan saya.
"Dompet sama Prayan, tustel dan perlengkapan di Abi sama Yan, " tukasnya. "Isinya dijamin gak kurang, kita hitung sama-sama," lanjutnya.
Sebelum ia meninggalkan rumah sakit, ia kembali berpesan: "Pokoknya elutenang aja di sini. Bebi gue suruh selesaiin semua administrasinya," tegasnya.
Ya, sejak itu meski saya sudah dikembalikan kembali ke liputan sepakbola, tapi hubungan saya dengan Bang Helmy masih terjalin dengan baik. Untuk itu, ketika akhirnya saya mendirikan tabloid GO bersama Pak Letjen TNI AD, HBL Mantiri (saat itu Kasum ABRI), Pak Nirwan Bakrie, liputan otomotif, khususnya event-event Bang Helny selalu jadi liputan utama.
Tapi, hari ini, kabar duka itu datang. Jujur, meski sedih, saya tidak khawatir. Bang Helmy adalah orang yang baik. Saya adalah satu dari berjuta orang yang ia perlakukan dengan sangat baik. Bukan karena Mas Sumo dan Mas Nito adalah sahabatnya, tapi ia memang merasa terpanggil untuk bertanggung jawab.
Semoga kebaikan itu dicatat dan tercatat sebagai amal yang akan ia petik nanti.
Selamat jalan Bang, semoga seluruh kebaikanmu mampu menjagamu, aamiin..